Kamis, 24 Oktober 2013

Sebentang pantai di tepian anyer




Sebuah botol bekas kemasan minuman bervitamin dosis tinggi dengan tutup terpasang terserak begitu saja di sebentang pantai di tepian Anyer, niat iseng semula akan saya isi botol itu dengan secarik kertas  berpesan dan saya lempar kelaut agar menjadi sebuah pesan dalam botol bagi yang menemukannya kelak, tapi ternyata tutup terpasang dengan sangat erat. Saya pun menyerah dalam usaha saya membukanya lalu dengan tanpa rasa tanggung jawab terhadap lingkungan saya lempar begitu saja botol itu kelaut. Saya kembali berjalan menyusuri tepian pantai hingga mata saya tertumbu pada cahaya matahari yang terpantul dari sebuah objek yang terseret ombak, ternyata sinar terpantul oleh dinding kaca sebuah botol, botol yang sama dengan yang saya lempar beberapa saat sebelumnya sekitar 20 meter dibelakang tempat saya berdiri sekarang. Sepertinya ombak telah mengantarnya kembali kehadapan saya. Saya pungut botol itu, lalu saya timang timang sebentar, setelah mengambil ancang ancang beberapa meter, saya lempar kembali botol itu dengan sekuat tenaga kearah laut.

Hal yang sama kembali terjadi, setelah sekitar duapuluh meter sampai tigapuluh meter saya melanjutkan berjalan botol itu kembali menghampiri saya. Sampai gusar, mungkin sekitar empat atau lima kali kejadian ini berulang, hingga saat dimana setelah sekian lama saya berjalan saya tidak melihat botol itu lagi. Saya menoleh kebelakang, mungkin dia kembali ke tempat yang saya sudah lewati, mata saya menyapu tepian pantai tapi botol itu tidak  nampak jua. Saya menatap ombak yang susul menyusul, berharap botol yang hilang itu turut serta bersama mereka, tapi dia tidak pernah datang.

Sesungguhnya lucu bahwa sesaat saya menginginkan botol itu hilang tapi ketika hal itu benar-benar terjadi justru yang saya inginkan adalah bahwa botol itu kembali., atau sebenarnya saya tidak benar-benar tahu apa yang saya inginkan. Saya jadi teringat sebuah buku saku hadiah dari makanan ringan yang saya baca beberapa jam sebelumnya, pengusaha  makanan ringan itu, yang sekarang telah menjadi billioner diusia 28 tahun berkata, “Saya beruntung karena saya tahu apa yang saya inginkan,dan saya menyukai hal itu.”  Sebuah kalimat yang menggiring saya pada gambar-gambar dari masa lalu, saat memilih extrakulikuler di SMA, saat selembar formulir pendaftaran perguruan tinggi di genggaman saya, saat saya memutuskan memilih jurusan, saat saya memilih dan menerima sebuah tawaran pekerjaan. Seringkali saya tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, dan kini saya berdiri termenung di tepi pantai memandang lautan dan disuatu tempat, mengapung bersama alun,  botol itu tertawa atas semua kebimbangan saya.

tukang nenteng kaleng