Saya sudah tidak
ingat lagi kapan terakhir menulis untuk blog ini. Mungkin karena perhatian saya
yang teralihkan pada blog-blog lain yang saya buat dengan tema yang berbeda,
atau mungkin karena rutinitas yang berulang selama tujuh tahun saya jalani
dalam profesi ini membuat setiap perjalanana yang semula terasa unik dan berkesan
perlahan berubah menjadi sesuat yang datar, hambar tanpa makna.
Sore ini, di sebuah
storage tanker offshore di tenggara Sumatra, iseng
menunggu waktu crewchange yang baru tiba dua hari lagi, saya membuka
folder-folder lama. Saya dapati sebuah folder usang bernama sama dengan judul
blog ini, berisi dua puluh empat file word berisi draft tulisan yang semula akan
saya dedikasikan untuk mengisi blog ini. Duapuluh empat ide yang tak pernah
tuntas. Anak-anak pikiran saya yang gagal terlahir. Saya buka satu persatu file
itu untuk coba menyelesaikan pekerjaan yang saya mulai, ternyata sulit sekali,
sangat berbeda dengan jika kita langsung menulis ide saat pertama kali mereka
muncul dan berlarian dalam kepala kita. Bahkan ada banyak file yang saya sama
sekali lupa apa inti yang akan saya tulis dari draft itu. Situasi yang benar-benar
membuat frustasi.
Benar apa yang
dikatakan Yoris Sebastian dalam bukunya
‘101 Creative Notes’, “Don’t fight your body, fight your felling.” Satu
hari sebelumnya, pekerjaan saya membuat saya terjaga dua malam berturut-turut,
setelah itu saya tewas terkapar seharian. Tubuh memiliki batas fisik yang harus
kita fahami. Hati (liver) bekerja saat kita tidur, otak butuh istirahat, mata
butuh terpejam, dan otot-otot harus mengendur. Jantung yang berada dalam tumbuh
tambun penuh lemak ini hanya bisa berdenyut 192 kali setiap menitnya, tidak
lebih. Jika saya paksakan beraktivitas maximum terus menerus maka akibatnya
bisa sangat fatal. Tapi pikiran berbeda, mood bisa kita kendalikan, ide bisa
berkembang tanpa batas, bahkan melampaui zaman. Ide tetap hidup saat sang
pemikir sudah mati. Sedari awal seharusnya saya melawan mood saya yang
angin-anginan itu, mengendalikan sepenuhnya perasaan. Jika rasa malas itu dulu
saya lawan mungkin ide-ide dalam dua puluh empat draf tulisan yang saya temukan
itu tidak akan mati suri untuk waktu yang begitu lama dan sekarang harus
tertidur kembali, entah sampai kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar