Sebuah botol
bekas kemasan minuman bervitamin dosis tinggi dengan tutup terpasang terserak
begitu saja di sebentang pantai di tepian Anyer, niat iseng semula akan saya
isi botol itu dengan secarik kertas
berpesan dan saya lempar kelaut agar menjadi sebuah pesan dalam botol
bagi yang menemukannya kelak, tapi ternyata tutup terpasang dengan sangat erat.
Saya pun menyerah dalam usaha saya membukanya lalu dengan tanpa rasa tanggung
jawab terhadap lingkungan saya lempar begitu saja botol itu kelaut. Saya
kembali berjalan menyusuri tepian pantai hingga mata saya tertumbu pada cahaya
matahari yang terpantul dari sebuah objek yang terseret ombak, ternyata sinar terpantul
oleh dinding kaca sebuah botol, botol yang sama dengan yang saya lempar
beberapa saat sebelumnya sekitar 20 meter dibelakang tempat saya berdiri
sekarang. Sepertinya ombak telah mengantarnya kembali kehadapan saya. Saya
pungut botol itu, lalu saya timang timang sebentar, setelah mengambil ancang
ancang beberapa meter, saya lempar kembali botol itu dengan sekuat tenaga kearah
laut.
Hal yang sama
kembali terjadi, setelah sekitar duapuluh meter sampai tigapuluh meter saya
melanjutkan berjalan botol itu kembali menghampiri saya. Sampai gusar, mungkin sekitar
empat atau lima kali kejadian ini berulang, hingga saat dimana setelah sekian
lama saya berjalan saya tidak melihat botol itu lagi. Saya menoleh kebelakang,
mungkin dia kembali ke tempat yang saya sudah lewati, mata saya menyapu tepian
pantai tapi botol itu tidak nampak jua. Saya
menatap ombak yang susul menyusul, berharap botol yang hilang itu turut serta bersama
mereka, tapi dia tidak pernah datang.
Sesungguhnya
lucu bahwa sesaat saya menginginkan botol itu hilang tapi ketika hal itu benar-benar
terjadi justru yang saya inginkan adalah bahwa botol itu kembali., atau sebenarnya
saya tidak benar-benar tahu apa yang saya inginkan. Saya jadi teringat sebuah
buku saku hadiah dari makanan ringan yang saya baca beberapa jam sebelumnya, pengusaha
makanan ringan itu, yang sekarang telah
menjadi billioner diusia 28 tahun berkata, “Saya beruntung karena saya tahu apa
yang saya inginkan,dan saya menyukai hal itu.” Sebuah kalimat yang menggiring saya pada
gambar-gambar dari masa lalu, saat memilih extrakulikuler di SMA, saat selembar
formulir pendaftaran perguruan tinggi di genggaman saya, saat saya memutuskan
memilih jurusan, saat saya memilih dan menerima sebuah tawaran pekerjaan.
Seringkali saya tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, dan
kini saya berdiri termenung di tepi pantai memandang lautan dan disuatu tempat,
mengapung bersama alun, botol itu
tertawa atas semua kebimbangan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar