tentang kaleng&ransel


Kaleng&ransel

Mungkin anda sudah terbiasa menyandingkan kata ‘bulan’ dan ‘bintang’, ‘siang’ dan ‘malam’, ‘hitam’ dan ‘putih’, atau ‘baik’ dan ‘buruk’, tapi bagaimana dengan ‘kaleng’ dan ‘ransel’? kaleng dan ransel bukanlah sebuah pasangan kata yang saling kontradiktif, bukan pula saling menguatkan. Jadi apa sebenarnya kaleng&ransel?

Kaleng&ransel adalah sebuah profesi unik karena mungkin baru kali ini anda mendengarnya. Seperti jenis profesi lainnya, untuk sebagian orang menjadikan kaleng&ransel sebagai perangkap yang menjerat mereka jauh dari keluarga, waktu, dan obsesi pribadinya. Tapi bagi sebagian lainnya menjadikan kaleng&ransel sebagai alat bertahan hidup dan sendok untuk menyuapi anak mereka. Unik karena bernilai sering bukan karena apa yang dilakukannya, tetapi hanya sekedar kehadirannya. Unik karena keberadaannya berlandaskan atas rasa ketidak percayaan dan curiga. Unik karena sangat rawan intrik dan konflik, Unik karena selalu melibatkan perdagangan internasional, uang miliaran rupiah, kaleng, dan ransel.

Kaleng&ransel adalah sebuah aktivitas tak terpisahkan bagi sekelompok orang yang membuat mereka dalam keadaan “safar’. Ransel di punggung mereka dan kaleng dalam jinjingan mereka, menjelajah dari satu tempat ketempat lain. Ini bukan semata tentang aktivitas kerja karena mungkin hanya dua puluh persen dari keseluruhan waktu yang terpakai, sisanya adalah perjalanan dan menunggu (dan berlibur jika beruntung).

Kaleng&ransel adalah sebuah jatidiri, sesuatu yang membedakan. Seperti kami, Anda pun dapat berada di terminal bis antar kota, station, angkot, naik ojeg, bandara, hotel murahan, hotel mahal (kadang-kadang), di atas tanki, di pelabuhan, dalam pesawat komersil, helicopter, tugboat, tanker, offshore plan, halaman mesjid, mushola, ditengah lautan, di pulau terpencil atau suatu tempat yang dikelilingi oleh hutan belantara.  Kaleng dan ransel-lah yang membedakannya.

Kaleng&ransel adalah sebuah cerita, kisah yang mengiringi suatu perjalanan. Walau ada banyak tempat dan orang asing, ini bukan cerita backpacker, bukan perjalanan bisnis atau wisatawan, bukan wisata kuliner, bukan cerita tentang kaum nomad (kami selalu rindu untuk pulang). Ini tentang perjalanan dengan sebuah ransel dipunggung dan sekerat kaleng yang kami jinjing.

Kaleng&ransel adalah sebuah pikiran (yang kadang tak jernih dan sangat subjektif) yang terinspirasi dari apapun, dari apa yang terlihat, terdengar, tercium terasakan dan teralami

Kaleng&ransel adalah sebuah racauan bising yang terus berlarian liar dalam labirin-labirin isi kepala saya yang  coba perlahan saya lepaskan.

         Hormat Saya,
-Tukang nenteng kaleng-

tukang nenteng kaleng